Daftar Isi
Para siswa dari seluruh Amerika Serikat baru-baru ini berkumpul secara virtual untuk mempromosikan suara siswa dalam pendidikan pada pertemuan tahunan pertama Students for Equitable Education Summit: Moving From Advocacy to Action.
KTT ini dipelopori oleh pengawas Marlon J. Styles Jr. dari Distrik Sekolah Kota Middletown di Ohio dan Julie Mitchell dari Rowland USD di California, dan diselenggarakan atas kerja sama dengan The Digital Promise League of Innovative Schools, yang mengumpulkan lebih dari 50 pemimpin sekolah untuk berbagi wawasan dengan lebih dari 1.000 pendidik yang hadir.
Para peserta berbagi pengalaman yang dapat diambil dari pengalaman tersebut, memberikan saran dan praktik terbaik.
1. Guru Juga Seorang Pembelajar
"Saya seorang siswa transgender dan ada banyak hal yang saya harapkan dari guru-guru saya, dan saya tahu orang lain juga berharap demikian," ujar Brooks Wisniewski, mantan siswa di Kettle Moraine School for Arts and Performance dan saat ini menjadi siswa di Interlochen Arts Academy di Michigan. Ia menambahkan bahwa terkadang guru terlibat dalam praktik-praktik eksklusi tanpa menyadarinya.
Misalnya, tindakan sederhana seperti berkeliling kelas dan memperkenalkan siswa satu sama lain bisa diubah agar lebih inklusif. "Ketika semua orang berbagi informasi di awal tahun ajaran, semua orang hanya menyebutkan nama dan kelas mereka," ujar Wisniewski. "Saya selalu menyebutkan kata ganti saya, karena orang mungkin berasumsi bahwa saya menggunakan kata ganti yang berbeda dengan yang saya kenali."
Wisniewski mendorong para guru untuk menyadari bahwa mereka juga belajar seperti halnya mereka mengajar. "Siswa terkadang memiliki ide yang bagus," katanya. "Jika saya mendatangi guru saya, dan berkata, 'Hei, saya akan sangat senang jika Anda menggunakan kata ganti." Idenya adalah agar mereka terbuka terhadap hal tersebut."
2. Sekolah Lebih dari Sekedar Tugas Sekolah
Siswa diajarkan matematika, bahasa Inggris, biologi, dan mata pelajaran lain saat di sekolah, tetapi pengalaman pendidikan sering kali lebih dalam. "Kami tidak hanya belajar tentang mata pelajaran sekolah dan mata pelajaran sekolah, kami belajar tentang kehidupan," kata Andrea J Dela Victoria, lulusan terbaru dari Rowland Unified School District. "Ketika Anda berada di dalam kelas, Anda ingin melakukan percakapan nyata dengan siswa Anda untukmembuka lingkungan belajar yang produktif."
Untuk membuat siswa terbuka dalam percakapan ini, para pendidik biasanya perlu memulai diskusi, kata Mitchell, salah satu pendidik yang membantu merencanakan KTT tersebut. Sebagai contoh, ia mengatakan bahwa dalam pertemuan perencanaan awal untuk KTT tersebut, para siswa pada awalnya enggan untuk berbicara. "Mereka tidak dapat benar-benar berbagi dan bersikap terbuka dengan kami sampai kami bersikap terbuka," kata Mitchell.
Lihat juga: Apa itu Budaya Terbuka dan Bagaimana Cara Menggunakannya untuk Mengajar?3. Percakapan yang Sulit Harus Dimiliki
Tidak cukup hanya menyediakan waktu untuk berdialog, para pendidik perlu menjaga agar dialog tetap berjalan, bahkan - dan terutama - ketika dialog tersebut berjalan tidak nyaman. "Terkadang agar perubahan benar-benar terjadi, kita harus melakukan percakapan yang canggung atau sulit," ujar Ikponmwosa Agho, seorang lulusan baru dari Richland School District Two, South Carolina.
"Dalam percakapan, semua orang takut akan keheningan yang canggung, tapi keheningan yang canggung tidak apa-apa," kata Victoria. "Ini mungkin hanya memberi siswa waktu untuk benar-benar memikirkan pertanyaan itu, memikirkan respons mereka untuk merefleksikan apa yang sebenarnya ingin disampaikan dalam percakapan ini, bukan hanya sekadar respons yang cepat."
4. Menantang Norma yang Ada dan Menyediakan Waktu untuk Siswa
"Banyak hal yang dilakukan dalam pertemuan ini adalah menantang para guru," kata Noor Salameh, seorang siswa di Kettle Moraine School District di Wisconsin. "Saya mendorong para guru untuk menantang otoritas. Amerika memiliki sistem sekolah umum yang telah mengajarkan sebagian besar kurikulum yang sama selama beberapa dekade. Tetapi dunia berkembang dan berubah, dan menantang kurikulum tersebut serta membawanya ke dalam kelas Anda.pengawas, dewan sekolah Anda, itulah cara kami menyelesaikan berbagai hal, alih-alih hanya mematuhi sistem pendidikan yang sedikit ketinggalan zaman."
Untuk lebih memahami perasaan siswa, Mitchell merekomendasikan agar rekan-rekan pendidik menyisihkan waktu untuk mengenal siswa dan mengajukan pertanyaan lanjutan untuk mengklarifikasi kekhawatiran, keinginan, dan ide mereka.
Lihat juga: Artikel Luar Biasa untuk Siswa: Situs Web dan Sumber Daya LainnyaPendidik juga perlu melakukan semua ini tanpa mengadili siswa atau pemikiran dan ide mereka. "Seratus persen Anda harus mengesampingkan penghakiman," katanya.
- Keterlibatan di Kelas: 4 Tips dari Siswa untuk Guru
- Bagaimana Anak Usia 16 Tahun Membuat Anak-Anak Lain Bersemangat Tentang Coding
- Pelajaran STEM: Membuat Pembelajaran Menarik di Lingkungan Apapun